Minggu, 08 Desember 2013

Browse Manual » Wiring » » » » Cerpen PEJAL LAMPAU

Cerpen PEJAL LAMPAU

PEJAL LAMPAU 
The Youngster of Desert

oleh: Mohamad Bejo
Pejal Lampau1998, benar tahun itu. Pada tahun ini peristiwa itu terjadi. Waktu itu aku terkena sakit yang aneh hingga aku sendiri tak tahu kapan dan bagaimana aku bisa sakit. Seingatku aku terbaring lemas di tempat tidur orang tuaku. Mereka sengaja meletakkanku di situ karena sakitku sangat aneh mirip dengan kesurupan sehingga jika terjadi hal-hal yang mendadak mereka bisa langsung mengatasiku. Bukan kesurupan tapi aku rasa itu lebih dari sekedar kesurupan. Seakan aku merasa ada keanehan yang datang padaku hendak membisikkan sesuatu bahwa akan ada peristiwa besar yang akan terjadi. Suatu peritiwa yang menakutkan, menakutkan sekali. Entah itu dari iblis atau dari malaikat aku tak begitu tahu.

Ribuan orang mengepungku. Aku dituduh mencuri uang satu juta milik mereka. Bukan aku saja yang dituduh tapi juga salah satu temanku. Aku merasa sangat kacau sekali perasaanku waktu itu. Aku tak pernah mencuri uang. Aku tak pernah merasa mengambil harta mereka namun mengapa mereka berbondong-bondong dengan luapan amarah hendak mengepungku yang masih kecil ini. Aku baru kelas lima SD. Aku tak begitu paham uang satu juta itu seperti apa. Yang kutahu uang itu sangat banyak dan kita bisa berfoya-foya dengan satu juta itu. Tapi aku tak pernah mengambil uang itu, melihat saja mungkin cuma di TV, apalagi background keluargaku adalah keluarga yang pas-pasan. Bisa makan tanpa hutang saja sudah bersyukur, tentu saja jauh dari angan berfoya-foya. Tapi mereka tetap menuduhku. Aku tak tahu. Sungguh aku tak tahu uang itu. Namun mereka tetap saja tak percaya padaku. Mereka malah mengepungku. Mencariku untuk dihajar ramai-ramai.

Aku berlari. Benar, hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tancap kaki berlari sekuat mungkin dengan beribu rasa takut. Pokoknya lari, lari, dan lari hingga aku terbangun dari mimpi dan aku tetap berlari ketakutan menuju pintu, keluar rumah dengan deretan takut yang masih menghantuiku itu. Aku berlari. Aku kehilangan setengah sadarku dan lucunya entah kenapa aku tiba-tiba melepas celana pendekku, aku telanjang bawah lalu aku membuang celanaku sendiri terus berlari hingga aku sadar setelah sampai di jalan depan rumahku bahwa aku tadi cuma mimpi. aku berhenti dan sadar bahwa itu tadi adalah ketakutan yang diseret mimpiku ke alam nyata. Mimpi saat aku mengalami sakit yang aneh. Tentu saja keluargaku merasa heran semua akan tindak bodohku tadi. Namun mereka pun memaklumi karena aku kerap mengalami gangguan jiwa setengah sadar seperti itu.

Benar. Tahun itu. 1998. Soeharto dilengserkan dari jabatannya. Ribuan masa mengamuk memporakporandakan kota metrojaya Jakarta. Pejabat presiden 32 tahun itu dihancurkan masa karena dituduh berkorupsi mencuri uang negara. Bermilyar uang negara hilang tanpa jejak yang pasti dan tak luput lebih parah dari itu adalah ternyata negara mempunyai hutang setinggi langit pada IMF, badan keuangan internasinal. Hutang itu sangaja disembunyikan dan akibatnya negara semakin mengalami kekacauan dalam ekonomi. Pantas saja jika masa marah dan mengamuk untuk menuntut koruptor itu turun dari jabatannya. Namun tragisnya ribuan nyawa jadi korban kebiadaban masa waktu itu. Gedung-gedung dibakar, toko-toko dijarah, kaca-kaca dipecah jalan-jalan penuh dengan noda-noda abu yang beraroma amarah. Sepi tapi penuh kehancuran. Tenang tapi penuh ketakutan. Suatu gambaran kota kematian yang semua sangat mirip dengan bayangnan mimpiku yang aku takutkan itu. Mimpi dalam sakit aneh yang seakan hendak memberi kabar kepadaku bahwa akan terjadi suatu malapetaka besar yang sebentar lagi akan terjadi.

*****
2011, tepat aku berada di Yaman tahun ini. Setelah aku mengikuti beasiswa, aku ahirnya diterima untuk menimba ilmu di tanah hikmah ini. Dan kini sekitar dua setengah tahunan aku bergelut dengan negara dua musim panas dingin itu.
Waktu berjalan dan aku pun harus pasrah mengikuti segala aturaan yang berada di tempat aku tinggal. Tempat baru yang bersanding dengan berbagai corak pemikiran dari belahan nusantara atau bahkan belahan dunia. Aku harus membuka pemikiran yang lebih luas, tidak terbatas hanya ketika aku berada di Indonesia. Di sini aku sebagai pelajar harus mempunyai nilai lebih agar aku nanti bisa membawa pulang ilmu-ilmu itu dan kusampaikan pada orang-orang di sekitarku yang membutuhkan aku untuk memperdalam masalah agama.

Aku adalah pelajar. Mahasiswa jabatanku,itu yang tertulis dalam pasporku. Bukan tingkat SD, SMP, atau SMA. Lebih tinggi dari semua itu. Tentunya ilmunya juga harus lebih sulit dari sebelumnya karena aku tidak akan terus-terusan dikasih permen akan tetapi juga butuh dikasih batu agar tahu sisi-sisi kehidupan terutama dalam bidang ilmu.

Dari situ tak dipungkiri lagi jika dalam kuliahku aku harus lebih ekstra dalam belajar, apalagi saat menghadapi ujian. Aku jadi teringat bahwa kabarnya kuliahku lebih berat dari pada kuliah di Mesir. Kuliah yang bisa dikatakan sangat ketat dalam memberi nilai pada siswanya. Itu yang terkadang membuat aku bangga bersyukur berada di sini.

Ujian semester ke lima. Alhamdulillah aku bisa sampai ke semester itu walau dalam perjalanan pun terkadang harus tertatih-tatih menghadapi materi ujian. Namun semester ini aku anggap lain dari sebelumnya. Aku merasa sedih sesaat sebelum semester ini mulai ujian. Aku juga heran kenapa aku tiba-tiba sedih. Aku coba mencari akar kesediahan itu. Apakah gara-gara facebook-ku yang kerap kosong, jadi aku susah karena tak ada yang mengomentari. Kurasa tidak itu, kemarin aku dapatkan kenalan cewek yang malah membuatku seneng. Bukan facebook berarti. Atau apakah gara-gara aku kerap tersakiti oleh teman di sekelilingku. Kurasa itu agak masuk akal karena saat dekat-dekat ini sosialisasi lagi sedang dalam masalah. Tapi hari ke hari kurasa ada yang aneh. Seakan bukan itu jawabannya. Ada bisikan dalam hatiku yang merasakan ada sesuatu hendak datang ke padaku. Tapi apa itu, aku tak bisa menafsiri rasa itu.

Aku terbangun dari tidurku. Seperi biasa kegiatan rutinitas sholat, kemudian nderes Alquran aku lakukan seperti biasanya. Tapi hari-hari ini terlihat lain. Suasana pagi ini berbeda dengan suasana pagi-pagi sebelumnya. Sepertinya aku pernah kenal dengan suasana seperti ini sebelumnya. Tapi apa maksudnya. Kulihat matahari seakan hendak mengabari aku sesuatu. Angin-angin seakan lembut penuh kesejukan misterius terasa ingin berkata kepadaku sesuatu. Daun-daun itu. Daun–daun itu juga ingin melambai mengabariku sesuatu. Alam seakan hendak berbicara padaku sesuatu. Aku kenal suansana ini. aku kenal nada-nada alam ini namun apa yang akan mereka katakan. Aku bukan nabi Sulaiman yang mampu berbicara pada hewan dan aku juga bukan nabi Dawud yang mampu bertasbih bersama alam. Aku terbingung apa yang akan terjadi.
Aku kenal suasana ini. Kota kematian itu. Apakah kota kematian itu akan datang lagi. Apakah akan ada malapetaka besar lagi. Malapetaka apa itu. Aku teringat, benar, ini aura yang seperti kurasa datang saat aku sakit di waktu kecilku. Rasa ini seakan ingin mengabari ada sebuah genjatan nyawa saperti mimpi di sakitku dulu. Senja merah dan gambaran kota kematian. Dua gambaran itu yang pernah ditinggalkan aura misterius itu di otakku yang hingga sekarang aku masih ketakutan jika membayangkannya. Akankah kejadian 13 tahun yang lalu akan terulang. Apakah akan ada malapetaka besar lagi?

Tunisia terjadi demostrasi penurunan presiden. Mesir menyusul dengan amukannya, juga hendak menurunkan presindennya. Libia tak kalah hebatnya, terjadi kerusuhan masa yang sampai saat ini masih menghiasi station berita di TV. Di Yaman, tempat aku belajar juga tak luput dari jangkauan malapetaka itu. Setelah itu Siria menyusul. Benarkah ini kabar alam itu.
****

===============================================================
Identitas Penulis :
Nama                           : Mohamad Bejo
Edukasi                       : Mahasiswa semester 7 (tujuh)
Di Al Ahgaff University, Fakultas Syariat, Yaman.
Alamat Indonesia        : Surodadi, Gajah, Demak, Jawa Tengah
Alamat di Yaman        : Tareem, Hadromout, Yaman.
Alamat e-mail              : bahrul_jalil7@yahoo.co.id
Akun facebook           : Kodok Petempur
===============================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar